Meraih Kasih dengan Ihsan
Meraih
Kasih Allah Swt. dengan Ihsan
A.
PENGERTIAN IHSAN
Ihsan berasal dari kata حَسُنَ yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk
masdarnya adalah اِحْسَانْ,
yang artinya kebaikan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur`an mengenai hal
ini. Jika kamu berbuat
baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…” (al-Isra’: 7) “…Dan berbuat baiklah (kepada oraang lain) seperti
halnya Allah berbuat baik terhadapmu….” (al-Qashash:77) Ibnu Katsir mengomentari ayat di atas dengan
mengatakan bahwa kebaikan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah kebaikan
kepada seluruh makhluk Allah SWT.
Ø Ihsan dianalogikan sebagai atap bangunan Islam (Rukun
iman adalah pondasi, Rukun Islam adalah bangunannya).
Ø Ihsan (perbuatan baik dan berkualitas) berfungsi
sebagai pelindung bagi bangunan keislaman seseorang. Jika seseorang berbuat
ihsan, maka amal-amal Islam lainnya atan terpelihara dan tahan lama (sesuai
dengan fungsinya sebagai atap bangunan Islam).
B. LANDASAN IHSAN
1. Landasan Qauliy
“Sesungguhnya
Allah telah mewajibkan untuk berbuat ihsan terhadap segala sesuatu. Maka jika
kamu menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang ihsan, dan hendaklah
menajamkan pisau dan menyenangkan (menenangkan & menen-tramkan) hewan
sembelihan itu” (HR Muslim). Tuntutan untuk berbuat ihsan dalam Islam yaitu
secara maksimal (terhadap segala sesuatu: manusia, hewan) dan optimal (terhadap
yang hidup maupun yang akan mati).
2. Landasan Kauniy
Dengan melihat fenomena dalam kehidupan ini, secara
sunatullah setiap orang suka akan perbuatan yang ihsan.
C.
ALASAN KITA BERBUAT
IHSAN
1. Adanya Monitoring Allah (Muraqabatullah)
Dalam HR Muslim dikisahkan jawaban Rasul ketika
ditanya malaikat Jibril yang menyamar sebagai manusia, tentang definisi ihsan:
“Mengabdilah kamu kepada Allah seakan-akan kamu melihat Dia. Jika kamu tidak
melihatNya, sesungguhnya Dia meIihatmu”.
2. Adanya Kebaikan Allah (Ihsanullah)
Allah telah memberikan nikmatnya yang besar kepada
semua makhlukNya (QS. 28:77 QS. 55, QS. 108: 3)
Dengan mengingat Muraqabatullah dan Ihsanullah, maka
sudah selayaknya kita ber-Ihsanun Niyah (berniat yang baik). Karena niat yang
baik akan mengarahkan kita kepada:
a.
Ikhlasun Niyat (Niat
yang Ikhlas)
b.
Itqonul ‘Amal (Amal
yang rapi)
c.
Jaudatul Adaa’
(Penyelesalan yang baik)
Jika seseorang beramal dan memenuhi kriteria di atas,
maka ia telah memiliki Ihsanul ‘Amal (Amal yang ihsan).
Ada 3 keuntungan jika sesorang
meramal dengan amal yang ihsan:
a.
Dicintai Allah
[2:195]
b.
Mendapat Pahala [33:
29]
c.
Mendapat Pertolongan
Allah [16:128]
3. Pertolongan dari ALLAH
“dan sungguh, ALLAH beserta orang-orang
yang berbuat baik” QS 26:69
D.
TIGA ASPEK POKOK
DALAM IHSAN
Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental.Ketiga hal
tersebut adalah ibadah, muamalah, dan akhlak.Ketiga hal ini lah yang menjadi
pokok bahasan kita kali ini.
A. Ibadah
Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah,
yaitu dengan menunaikan semua jenis ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan
sebagainya dengan cara yang benar, yaitu menyempurnakan syarat, rukun, sunnah,
dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat ditunaikan oleh seorang
hamba, kecuali jika saat pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut ia dipenuhi dengan
cita rasa yang sangat kuat (menikmatinya), juga dengan
kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa memantaunya hingga ia merasa bahwa ia
sedang dilihat dan diperhatikan oleh-Nya.
B. Muamalah
Dalam bab muamalah, ihsan dijelaskan Allah SWT pada surah an Nisaa’ ayat 36,
yang berbunyi sebagai berikut : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu
bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu…”
Beberapa contoh ihsan dalam hal muamalah
Pada Perang Uhud, orang-orang Quraisy membunuh paman
Rasulullah saw, yaitu Hamzah. Mereka mencincang tubuhnya, membelah dadanya,
serta memecahkan giginya, kemudian seorang sahabat meminta Rasulullah
saw. berdoa agar mereka diazab oleh Allah. Akan tetapi, Rasulullah malah
berkata :
اَلَّلهُمَّ اهْدِ قَوْ مِيْ فَاِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ
Artinya: “Ya Allah, ampunilah
mereka, karena mereka adalah kaum yang bodoh.”
C. Akhlak
Ihsan dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan muamalah.
Seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia telah
melakukan ibadah seperti yang menjadi harapan Rasulullah dalam hadits yang
telah dikemukakan di awal tulisan ini, yaitu menyembah Allah seakan-akan
melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah
senantiasa melihat kita. Jika hal ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka
sesungguhnya itulah puncak ihsan dalam ibadah. Pada akhirnya, ia akan berbuah
menjadi akhlak atau perilaku, sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan
dalam ibadahnya akan terlihat jelas dalam perilaku dan karakternya.
Jika kita ingin melihat nilai ihsan pada diri
seseorang—yang diperoleh dari hasil maksimal ibadahnya, maka kita akan
menemukannya dalam muamalah kehidupannya. Bagaimana ia bermuamalah dengan
sesama manusia, lingkungannya, pekerjaannya, keluarganya, dan bahkan
terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan ini semua, maka Rasulullah saw. mengatakan
dalam sebuah hadits :
اِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلأَ خْلَاقِ
Artinya: “Aku diutus hanyalah
demi menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Komentar
Posting Komentar