Makna Iman Kepada Qada dan Qadar
Iman kepada qada
dan qadar adalah rukun iman yang terakhir atau keenam. Iman kepada qada dan
qadar juga tidak kalah penting untuk dipercayai dari rukun imanyang
lainnya . Qada dan qadar lebih di kenal dengan kata takdir .Takdir di
alam ini ada yang baik dan ada pula yang buruk .
a.
Pengertian qada dan qadar
Qada yaitu ketetapan Allah swt sejak zaman
azali sesuai dengan kehendakNya (Iradah ) tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan mahluknya .Qadar yaitu
Perwujudan dari qada atau ketetapan Allah swtdalam kadar tertentu sesuai dengan
kehendakNya (takdir).
Hubungan antara qada dan qadar yaitu hubungan yang tidak dapat
dipisahkan dan merupakan satu kesatuan karena qada diibaratkan rencana ,
sedangkan qadar sebagai perwujudan atau kenyataan yang terjadi .Allah swt dalam
melakukan qadarNya sesuai dengan kehendakNya.hal ini dijelaskan dalam QS.Al-
Hijr ayat 21 :
b.
Pengertian Iman Kepada Qada dan Qadar
Beriman
kepada Qada dan Qadar yaitu kepercayaan yang pasti bahwa segala sesuatu yang
baik maupun yang buruk, semuanya dengan qadha dan qadar Allah. Iman kepada qadar,
menurut arti yang telah ditentukan wajib iman tidak akan sempurnatanpa iman kepada qadar.
Karena tanpa itu berarti kita tidak mengakui kesempurnaan ilmuAllah
dan ridha-Nya. Ayat-ayat Al-qur’an menegaskan bahwa tidak ada sesuatu
apapun yang terjadi di alam ini, melainkan apa yang Allah kehendaki dan apa
yang Allah ketahui. Kita beriman kepada qada dan qadar menghasilkan faedah yang
besar dalam kehidupan orang mu’min. Allah menciptakan manusia menyukai hidup,
menggemari nikmat-nikmatnya, selalu berusaha menghasilkan kemanfaatan bagi
dirinya, tidak menyukai kesakitan dan sangat keluh kesah apabila bencana
menimpanya.
Beriman kepada qada dan qadar termasuk salah
satu rukun iman, meyakini bahwa seluruh penciptaan alam semesta mengikuti ilmu
Allah dan kebijaksanaanya. Sesungguhnya dia berkuasa atas sesuatau dan berjasa
melakukan apa yang dikehendakinya. Dalam firman Allah.
“sesungguhnya
kami menciptakan sesuatu menurut qadar (yang ditentukan).” (Al qamar:49).
Rasulullah
bersabda: yang artinya:
“Sesungguhnya
yang pertama diciptakan oleh Allah adalah Al-Qalam. Allah berfirman kepadanya:
‘Tulislah’. ’ Al-Qalam pun berkata; ‘Ya Tuhan, apakah yang aku akan tulis?’
Allah berfirman; ‘Tulislah akan qadar (ketetapan) dan segala apa yang terjadi
sehingga menjelang Kiamat.” (Riwayat Abi Daud).
Dengan
kata lain, takdir merupakan perwujudan atau realisasi dari qada. Hubungan
antara qada dan qadar sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Qada adalah
ketetapan yang masih bersifat rencana dan ketika rencana itu sudah menjadi
kenyataan, maka kejadian nyata itu bernama qadar atau takdir. Dalam kehidupan
sehari-hari, kita terbiasa menggunakan kata-kata takdir, padahal yang dimaksud
adalah qada dan qadar. Takdir itu sendiri dibagi atas dua hal, yaitu takdir
mubram dan takdir muallaq.
1.
Takdir
Mubram Takdir mubram, yaitu takdir atau ketetapan Allah yang tidak dapat diubah
atau tidak dapat diubah oleh siapa pun. Contoh-contoh takdir mubram antara lain
sebagai berikut.
a. Setiap makhluk
pasti akan mengalami mati atau seseorang pasti hanya punya satu ibu kandung.
Firman Allah swt yang artinya: "tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan
mati sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu." (QS
Ali Imran: 185)
b. Manusia pasti
mempunyai akal, pikiran, dan perasaan.
c. Di alam semesta
ini setiap benda bergerak menurut sunatullah. Artinya, segala sesuatu berjalan
menurut hukum kekuatan, ukuran, sebab, dan akibat yang telah digariskan Allah.
Kayu mempunyai kemampuan berbeda dengan besi, manusia berbeda kekuatan
tenaganya dibandingkan dengan gajah, matahari, bulan, bintang, dan
planet-planet hingga benda-benda yang terkecil bergerak sesuai dengan garisnya,
dan waktu tak pernah berhenti.
2.
Takdir
Muallaq Takdir muallaq, yaitu takdir yang masih dapat diubah melalui
usaha manusia. Setiap hamba diberi peluang atau kesempatan oleh Allah untuk
berusaha mengubah keadaan dirinya menjadi lebih baik. Firman Allah swt.
"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. " (QS At Ra'd: 11)
Oleh
karena itu, apa pun yang diperbuat oleh manusia adalah berkat usaha dan
kemampuannya sendiri serta tidak ada lagi campur tangan Allah di dalamnya.
Dengan demikian, manusia mempertanggungjawabkan segala perbuatannya kepada
Allah di akhirat. Pemahaman semacam ini cenderung membuat seseorang bersikap
aktif dan optimis dalam menjalani kehidupannya. Berikut merupakan contoh dari
takdir muallaq antara lain sebagai berikut.
c.
Dalil
Naqli dan Aqli tentang Fungsi Iman kepada Qada dan Qadar Dalil naqli adalah
dalil yang diambil dari Al Quran dan hadis. Banyak sekali dalil mengenai
keimanan terhadap qada dan qadar, antara lain sebagai berikut.
1.
Firman
Allah swt. "Katakanlah, sesekali-sekali tidak akan menimpa kami, melainkan
apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan hanya
kepada Allah orang beriman harus bertawakal." (QS At Taubah: 51)
2.
Firman
Allah swt. "Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut
ukuran." (QS Al Qamar: 49) 3.
3.
Firman
Allah swt. Artinya: "maka apabila telah tiba waktu (yang telah ditentukan)
bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak
pula mendahulukannya." (QS An Nahl: 61)
d.
Kaitan
antara Takdir, Ikhtiar, dan Tawakal Takdir
Sebagaimana
telah dijelaskan adalah takaran, ukuran, ketetapan, peraturan, undang-undang
yang diciptakan Allah tertulis di Lauh Mahfuz sejak zaman azali dan berlaku
bagi semua makhluk-Nya. Takdir ada dua macam, yaitu takdir mubram dimana
makhluk tidak diberi peluang atau kesempatan untuk memilih dan mengubahnya, dan
takdir muallaq dimana makhluk diberi peluang atau kesempatan untuk memilih dan
mengubahnya. Ikhtiar adalah berusaha melakukan segala daya dan upaya untuk
mencapai sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki. Menurut bahasa Arab, ikhtiar
berarti 'memilih'. Dua pengertian yang berbeda itu tetap mempunyai hubungan
yang erat dan merupakan mata rantai yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai
contoh, setiap orang mempunyai kebebasan memilih untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Ada yang mencari nafkah dengan berdagang, bertani, menjadi karyawan,
wirausaha, dan lain sebagainya. Tawakal diartikan dengan sikap pasrah dan
menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Dalam bahasa Arab, tawakal berarti
`mewakilkan', yaitu mewakilkan kepada Allah untuk menentukan berhasil atau
tidaknya suatu urusan. Ajaran tawakal ini menanamkan kesan bahwa manusia hanya
memiliki hak dan berusaha, sedangkan ketentuan terakhir tetap di tangan Allah
swt. sehingga apabila usahanya berhasil, is tidak bersikap lupa diri dan
apabila mengalami kegagalan, is tidak akan merasa putus asa. Pengertian seperti
ini merupakan ajaran tawakal yang paling tepat. “Maka apa bila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (QS Ali Imran: 159) Takdir,
ikhtiar, dan tawakal adalah tiga hal yang sulit untuk dipisah-pisahkan. Dengan
kemahakuasaan-Nya, Allah menciptakan undang-undang, peraturan, dan hukum yang
tidak dapat diubah oleh siapa pun. Sementara itu, manusia diberi kebebasan
untuk memilih dan diberi hak untuk bekerja dan berusaha demi mewujudkan
pilihannya. Akan tetapi, setiap manusia tidak dapat dan tidak dibenarkan
memaksakan kehendak kepada Allah untuk mewujudkan keinginannya. Bertawakal
bukan berarti bahwa seseorang hanya diam dan bertopang dagu tanpa bekerja.
Orang yang sudah menentukan pilihan dan cita-citanya tanpa mau bekerja, hanya
akan menjadi lamunan atau khayalan semata karena hal itu tidak akan pernah
terlaksana. Firman Allah swt yang artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia
tidak akan memperoleh selain apa yang telah diusahakannya." (QS An Najm:
39)
Sumber: https://www.kangmasroer.com/2013/01/kelas-xii-bab-8-iman-kepada-qadha-dan.html
Sumber: https://www.kangmasroer.com/2013/01/kelas-xii-bab-8-iman-kepada-qadha-dan.html
Komentar
Posting Komentar