Akhlak Kepada Orang Tua dan Guru
A. Akhlak
kepada orang tua menurut agama
- Seorang
anak dilarang membentak, memarahi atau bersuara keras terhadap kedua orang tua.
- Lebih
bertambah umur kedua orang tua, hendaknya lebih diperhatikan oleh anak –
anaknya.
Kedua hal diatas sesuai
dengan Firman Allah dalam Qs. Al – Isra : 23
“Dan tuhanmu telah
mewajibkan supaya kamu jangan menyembah selain dari pada – Nya dan berbuat
baiklah kamu kepada kedua ibu bapak .Apabila mereka atau salah seorang
dari mereka telah tua, janganlah kamu berkata kepada keduanya dengan perkataan
“ ah “ dan jangalah engkau gertak mereka tetapi ucapkanlah kepada mereka dengan
kata – kata yang sopan lagi lembut”
- Diperintahkan
kepada setiap anak agar selalu merendahkan diri kepada kedua orang tua dengan
penuh kasih sayang, sesuai dengan firman Allah dalam Qs. Al – Isra
: 24
‘Dan rendahkanlah dirimu terhadap
keduanya (ibu bapak) dengan penuh kasih sayang”
-Diperintahkan
kepada seorang anak agar selalu mendo’akan kedua orang tua dengan do’a
“Ya Allah ampunilah aku dan ibu bapakku serta kasihanilah mereka berdua sebagaimana
mereka berdua telah mengasuh aku diwaktu kecil”
-Jangan
durhaka kepada orang tua karena hal itu akan mendatangkan murka Allah dan tidak
akan masuk surga, sebagaimana disebutkan dalam Hadits
“Keridlaan Allah dalam
keridlaan ibu bapak dan murka Allah dalam kemurkaan ibu bapak”.(HR.At-Thabrani)
Dan
juga terdapat dalam hadist
“Segala dosa akan
dapat ditangguhkan Allah balasannya sampai hari kiamat, kecuali dosa durhaka
kepada ibu bapak. Maka Allah akan menyegerakan akibatnya kepada pelakunya
didunia sebelum ajalnya tiba”.(HR.At- Thabrani dan Hakim)
Dan
dalam hadist
“Tiga
golongan manusia yang tidak akan masuk surge : orang yang mendurhakai ibu
bapaknya, pelacur yang tidak punya malu, wanita yang menyerupai kaum
pria”.(HR.An- Nasa’I dan Hakim)
-Disunahkan
agar tetap berbuat baik kepada kedus orang tua walaupun keduanya atau salah
satunya telah meninggal yaitu dengan :
1) Mendo’akan
rahmat bagi keduanya
2) Memohon
ampun atas dosa – dosa keduanya
3) 3)Melaksanakan
janjinya yang belum dilaksanakan
4) 4)Menyambung
shillaturrahmi kepada sahabat – sahabat orang tua.
(hal
diatas sesuai dengan HR.Abu Daud )
-Allah
memerintahkan agar berbakti kepada kedua orang tua , barang siapa tidak berbuat
baik kepada kedua orang tua maka ia telah berbuat durhaka dan perbuatan durhaka
adalah sifat syaithan.
Sebagaimana
tedapat dalam Qs. Maryam :14 dan 44
“Dan
seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya dan bukanlah ia orang yang
sombonglagi durhaka”(Qs.Maryam :14)
“Wahai
bapakku , janganlah kamu menyembah syaithan, sesungguhnya syaithan itu durhaka
kepada tuhan yang maha pemurah.(Qs.Maryam : 44)
-Demikian pentingnya akhlak kepada ibu sehingga sehingga
Rasullulah SAW bersabda :”Bahwa surga itu berada dibawah telapak kaki
ibu”.(HR.An-Nasa’I dan Ibnu Majah)
-Dalam
penghormatan kepada ibu bapak akan membawa dampak positif bagi perkembangan
jiwa anak – anak kita kelak
“Berbuat
baiklah kepada bapakmu, niscaya kamu akan diperlakukan demikian oleh anak –
anakmu”.(HR.At-Thabrani dan Hakim).
Perintah
ihsan diletakkan oleh Allah dalam al qur’an langsung sesudah perintah
beribadah hanya kepada Nya dan berbuat baik kepada ibu bapak .
Sebagaimana
firman Allah:
“Dan
ingatlah Ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil yaitu:”Janganlah kamu
menyembah selain Allah dan berbuat baiklah kepada ibu bapak…….(QS. Al
Baqarah: 83)
Allah
SWT juga berfirman:
“Dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik ) kepada kedua ibu bapaknya
, ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah dan menyampihnya
dalam dua tahun.Bersyukurlah kepadaKu dan kepada ibu bapak,hanya kepadaKulah
kembalimu (QS. Luqman:14)
Rosulullah
SAW meletakkan birrul walidain sesudah salat tepat waktu dan menempati urutan
kedua dari amalan yang terbaik. Rasulullah bersabda:
“Diriwayatkan
dari Abu Abdirrahman Abdullah ibn Mas’ud Ra. Dia berkata “Aku bertanya
kepada rosulullah :”Apa yang disukai oleh Allah SWT?” Beliau menjaw ab:”Salat
tepat pada waktunya.”Aku bertanya lagi:”Kemudian apa?”Beliau
menjawab:”Birrul walidain .”Kemudian aku bertanya lagi: ”Seterusnya apa?”Beliau
menjawab:”Jihad Fi sabilillah.” (HR. Mutafaqun ‘alaih)
Dari
QS. Al baqarah : 83 dan Hadits diatas , Allah dan rasulNya menempatkan
orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik kepada
orang tua menempati posisi yang mulia, dan durhaka kepada orang tua menempati
posisi yang sangat hina.
Bentuk-bentuk
birrul walidain
Cara
anak agar dapat mewujudkan birrul walidain antara lain:
1. Mengikuti keinginan dan
saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan baik masalah
pendidikan , pekerjaan , jodoh maupun masalah lain asal tidak bertentangan dengan
agama . Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Luqman :15
2. “Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan
pergaulilah keduanya didunia dengan baik.”
3. Menghormati dan memuliakan
kedua orang tua dengan penuh kasih sayang dan terima kasih karena tidak mungkin
seorang anak dapat membalas jasa-jasa kedua orang tuanya. Cara kita menghormati
orang tua adalah memanggil dengan panggilan yang menunjukkan hormat, berbicara
dengan lemah lembut dan tidak mengucapkan kata-kata yang kasar (terlebih
apabila mereka sudah berusia lanjut) , dan pamit ketika meninggalkan rumah
4. Membantu ibu bapak secara
fisik dan materiil. Cara membantu orang tua secara fisik misalnya
mengerjakan pekerjaan rumah, sedangkan secara materiil adalah apabila kita
sudah mempunyai penghasilan kita member ikan sebagian penghasilan kepada
kedua orang tua.
5. Mendo’akan kedua orang
tua agar diampuni dosa-dosanya, diberikan rizki dan lain-lain
6. Birrul walidain dapat
diteruskan meskipun orang tua telah meninggal. Diantaranya :
menyelenggarakan jenazah dengan sebaik- baiknya, melunasi utang- utangnya,
melaksanakan wasiatnya, meneruskan silaturrahim yang dibinanya dimasa
hidup mereka, memuliakan sahabat- sahabatnya dan mendo’akannya.
B. Akhlak Kepada Guru Menurut Agama
· Guru
adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-muridnya untuk menjadi
lebih baik sebagaimana yang diridhoi Alloh ‘azza wa jalla.
Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua orang tua, maka wajib pula mematuhi
perintah para guru selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syari’at
agama.
· Di
antara akhlaq kepada guru adalah memuliakan, tidak menghina atau mencaci-maki
guru, sebagaimana sabda Rosululloh saw :
· لَيْسَ
مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا
“Tidak
termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan
tidak menyayangi orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi )
· Di antara
akhlaq kepada guru adalah mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh
semangat, sebagaimana sabda Rosululloh saw :
· مَنْ
سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا
إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa
menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu padanya, Alloh mudahkan baginya
dengannya jalan menuju syurga.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan
Ibnu Majah )
· Di antara
akhlaq kepada guru adalah datang ke tempat belajar dengan penampilan yang rapi,
sebagaimana sabda Rosululloh saw :
· إِنَّ
اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ
“Sesungguhnya
Alloh itu indah dan suka kepada keindahan.”( HR. Ahmad, Muslim dan Al-Hakim )
· Di antara
akhlaq kepada guru yaitu diam memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan,
sebagaimana hadits Abu Sa’id Al-Khudri ra :
· وَ
سَكَتَ النَّاسُ كَأَنَّ عَلَى رُءُوسِهِمْ الطَّيْرَ
“Orang-orang
pun diam seakan-akan ada burung di atas kepala mereka.” ( HR. Al-Bukhori )
· Imam
Sufyan Ats-Tsauri rohimahulloh berkata : “Bila kamu melihat
ada anak muda yang bercakap-cakap padahal sang guru sedang menyampaikan ilmu,
maka berputus-asalah dari kebaikannya, karena dia sedikit rasa malunya.”( AR.
Al-Baihaqi dalam Al-Madkhol ilas-Sunan )
· Di
antara akhlaq kepada guru adalah bertanya kepada guru bila ada sesuatu yang
belum dia mengerti dengan cara baik. Alloh berfirman :
· فَاسْأَلُوْا
أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
“Bertanyalah
kepada ahli dzikr ( yakni para ulama ) bila kamu tidak tahu.”( Qs. An-Nahl : 43
dan Al-Anbiya’ : 7 )
· Rosululloh
saw bersabda :
· أَلاَ
سَأَلُوْا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ
“Mengapa mereka tidak
bertanya ketika tidak tahu ? Bukankah obat dari ketidaktahuan adalah bertanya
?” ( HSR. Abu Dawud )
· Dan
menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada faedahnya, sekedar
mengolok-olok atau yang dilatarbelakangi oleh niat yang buruk, oleh karena itu
Alloh berfirman :
· يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَ تَسْأَلُوْا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ
تَسُؤْكُمْ
“Wahai orang-orang yang
beriman, janganlah kalian menanyakan sesuatu yang bila dijawab niscaya akan
menyusahkan kalian.” ( Qs. Al-Maidah : 101 )
· Rosululloh
shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
· إِنَّ
أَعْظَمَ الْمُسْلِمِيْنَ جُرْمًا مَنْ سَأَلَ عَنْ شَيْءٍ لَمْ يُحَرَّمْ
فَحُرِّمَ مِنْ أَجْلِ مَسْأَلَتِهِ
“Sesungguhnya orang muslim
yang paling besar dosanya adalah orang yang bertanya tentang sesuatu yang tidak
diharamkan, lantas menjadi diharamkan lantaran pertanyaannya itu.” ( HR. Ahmad,
Al-Bukhori dan Muslim )
· Ketika
bertanya mestinya dilakukan dengan cara dan bahasa yang bagus.
Berkata Imam Maimun bin
Mihron : “Pertanyaan yang bagus menunjukkan separuh dari kefahaman.” ( AR.
Al-Khothib Al-Baghdadi dalam Al-Jami’ )
· Di
antara akhlaq kepada guru adalah menegur guru bila melakukan kesalahan dengan
cara yang penuh hormat, sebagaimana sabda Rosululloh :
· الدِّيْنُ
النَّصِيْحَةُ , قُلْنَا : لِمَنْ ؟ قَالَ لِلَّهِ وَ لِكِتَابِهِ وَ لِرَسُولِهِ
وَ لأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَ عَامَّتِهِمْ
“Agama adalah nasihat.”
Kami ( Shahabat ) bertanya : “Untuk siapa ?” Beliau menjawab : “Untuk menta’ati
Alloh, melaksanakan Kitab-Nya, mengikuti Rosul-Nya untuk para pemimpin kaum
muslimin dan untuk orang-orang umum.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud,
At-Tirmidzi dll )
C. Akhlak
terhadap orang tua menurut etika :
Orang
tua adalah oran yang telah merawat kita, menjaga, memelihara, dan mendidik kita
sejak kecil hingga kita menjadi dewasa. Mereka melakukannya secara
sunguh-sungguh dan penuh kasih sayang demi mengharapkan kehidupan kita yang
lebih baik. Bahkan orang tua dengan susah payah bekerja mencari nafkah untuk
membahagiakan kita.
Sedemikian besar peran orang tua dalam hidup kita, sehingga sudah sepantasnya
kita sebagai orang yang berpengetahuan haruslah menjaga etika kita terhadap
orang tua. Diantara bentuk-bentuk perbuatan kita yang sesuai dengan etika
adalah :
1. Selalu taat kepada keduanya
dan menjalankan segala perintahnya, asalkan perintah itu tidak bertentangan
dengan ajaran agama dan tidak melanggar hukum yang berlaku di suatu tempat.
Meskipun orang tua kita berbuat aniaya kepada kita, tetaplah kita tidak boleh
menyinggung perasaan mereka ataupun membalas perbuatan yang mereka terhadap
kita. Baik bagaimanapun mereka tetaplah orang tua kita yang telah merawat kita
semenjak kita kecil.
2. Menurut ukuran umum, orang
tua tidak akan berbuat aniaya kepada anaknya sendiri. Jikalau terjadi aniaya,
biasanya disebabkan oleh perbuatan si anak yang berbuat keterlaluan kepada
orang tua.
3. Jika hendak pergi hendaklah
meminta izin kepada keduanya. Apabila tidak diizinkan kita harus menerimanya
dengan lapang dada.
4. Berbicaralah dengan lemah
lembut, bermuka manis, dan berseri-seri. Janganlah meninggikan suara ketika
berbicara kepada orang tua dan jangan pula menggunakan kata-kata yang kasar
kepada keduanya.
5. Perhatikan nasihat-nasihat
orang tua dan janganlah memotong pembicaraannya.
6. Membantu pekerjaan orang
tua dengan sekuat tenaga, terutama jika orang tua sudah berusaha lanjut.
7. Selalu bersikap baik dan
sopan santun baik dalam perbuatan maupun perkataan.
8. Selalu menyambung
silaturahim kepada keduanya meskipun kita dalam perantauan ataupun kita sudah
memiliki keluarga sendiri, selalu menepati janji kita, dan menghormati
sahabat-sahabat orang tua dengan baik.
9. Selalu mendoakan orang tua
agar diampuni dosa-dosanya oleh Allah swt.
Sementara
itu menurut imam al-Ghazali, etika anak terhadap orang tuanya adalah sebagai
berikut:
1. Mendengarkan
pembicaraannya.
2. Melaksanakan perintahnya.
3. Tidak berjalan di depannya.
4. Tidak mengeraskan suara
ketika berbicara kepadanya.
5. Menjawab panggilannya.
6. Berkemauan keras
menyenangkan hatinya.
7. Menundukkan badannya.
8. Tidak mengungkit kebaikan
kita terhadap mereka.
9. Tidak memandang dengan mata
melotot dan tidak menatap matanya.
10. Itulah
sebagian kecil bentuk akhlak anak terhadap orang tua menurut etika
D. Akhlak Kepada Guru
Menurut Etika
Murid
adalah orang yang sedang belajar dan menuntut ilmu kepada seorang guru. Demi
untuk keberkahan dan kemudahan dalam meraih dan mengamalkan ilmu atau
pengetahuan yang telah diperoleh dari seorang guru, maka seorang murid haruslah
memiliki akhlak atau etika yang benar terhadap gurunya.
Beberapa
contoh etika murid terhadap guru (Mu’allim), diantaranya adalah sebagai berikut
:
1. Seorang murid hendaklah
hormat kepada guru, mengikuti pendapat dan petunjuknya.
2. Seorang murid hendaklah
memberi salam terlebih dahulu kepada guru apabila menghadap atau berjumpa
dengan beliau.
3. Seorang murid hendaklah
memandang gurunya dengan keagungan dan meyakini bahwa gurunya itu memiliki
derajat kesempurnaan, sebab hal itu lebih memudahkan untuk mengambil manfaat
dari beliau.
4. Seorang murid hendaklah
mengetahui dan memahami hak-hak yang harus diberikan gurunya dan tidak
melupakan jasanya.
5. Seorang murid hendaklah
bersikap sabar jika menghadapi seorang guru yang memiliki perangai kasar dan
keras.
6. Seorang murid hendaklah
duduk dengan sopan di hadapan gurunya, tenang, merendahkan diri, hormat sambil
mendengarkan, memperhatikan, dan menerima apa yang disampaikan oleh gurunya.
7. Jangan duduk sambil
menengok kanan kiri kecuali untuk suatu kepentingan.
8. Seorang murid hendaklah
ketika mengadap gurunya dalam keadaan sempurna dengan badan dan pakaian yang
bersih.
9. Seorang murid hendaklah
jangan banyak bicara di depan guru ataupun membicarakan hal-hal yang tidak
berguna.
10. Seorang murid hendaklah
jangan bertanya dengan tujuan untuk mengujinya dan menampakkan kepandaian
kepada guru.
11. Seorang murid hendaklah
jangan bersenda gurau di hadapan guru
12. Seorang murid hendaklah
jangan menanyakan masalah kepada orang lain ditengah majlis guru.
13. Seorang murid hendaknya
tidak banyak bertanya, apalagi jika pertanyaan itu tidak berguna
14. Jika guru berdiri, Seorang
murid hendaklah ikut berdiri sebagai penghormatan kepada beliau.
15. Seorang murid hendaklah
tidak bertanya suatu persoalan kepada guru ketika sedang di tengah jalan.
16. Seorang murid hendaklah
tidak menghentikan langkah guru di tengah jalan untuk hal-hal yang tidak
berguna.
17. Seorang murid hendaklah
tidak berburuk sangka terhadap apa yang dilakukan oleh guru ( guru lebih
mengetahui tentang apa yang dikerjakannya).
18. Seorang murid hendaklah
tidak mendahului jalannya ketika sedang berjalan bersama.
19. Ketika guru sedang memberi
penjelasan/ berbicara hendaklah murid tidak memotong pembicaraannya. Kalaupun
ingin menyanggah pendapat beliau maka sebaiknya menunggu hingga beliau selesai
berbicara dan hendaknya setiap memberikan sanggahan atau tanggapan disampaikan
dengan sopan dan dalam bahasa yang baik.
20. Apabila ingin menghadap
atau bertemu untuk sesuatu hal maka sebaiknya murid memberi konfirmasi terlebih
dahulu kepada guru dengan menelphon atau mengirim pesan, untuk memastikan
kesanggupannya dan agar guru tidak merasa terganggu.
21. Murid haruslah berkata
jujur apabila guru menanyakan suatu hal kepadanya.
22. Seorang murid hendaklah
menyempatkan diri untuk bersilaturahim ke rumah guru di waktu-waktu tertentu,
sebagai bentuk rasa saying kita terhadap beliau.
23. Meskipun sudah tidak
dibimbing lagi oleh beliau ( karena sudah lulus) murid hendaklah tetap selalu
mengingat jasanya dan tetap terus mendoakan kebaikan –kebaikan atas mereka.
Bagaimanapun
juga guru merupakan orang tua kedua kita setelah orang tua kita yang di rumah.
Mereka adalah orang tua kita saat kita berada di luar rumah. Jadi sebagaiman
kita menghormati orang tua kandung kita, maka kitapun juga harus menghormati
guru kita.
Sebagaimana disyiratkan
dalam sabda Rasulullah SAW :
“Tidak termasuk umatku
orang yang tidak menghormati orang yang lebih tua dari kami, tidak mengasihi
orang yang lebih kecil dari kami dan tidak mengetahui hak orang alim dari
kami.” (HR.Ahmad, Thabrani, dan Hakim dari Ubadah bin Shamit Ra.)
“Pelajarilah
oleh kalian ilmu, pelajarilah oleh kalian ilmu(yang dapat menumbuhkan)
ketenangan, kehormatan, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang yang kalian
menuntut ilmu darinya.” (HR. Thabrani dari Abu Hurairah. Ra)
A. Kedudukan
Guru
“ Bapak Guru lebih mulia
dari bapak kandung “. Sebab, Ibu Bapak itu mendewasakan dari segi jasmani yang
bersifat material, sedangkan Bapak/Ibu Guru mendewasakan dari segi rohani yang
bersifat spiritual dan universal.
Para Guru, Ustadz,
Ustadzah, atau Mua’lim, Mursyid, selain mengantarkan kita menjadi orang yang
beramal sholih, mereka termasuk pewaris Nabi-Nabi, justru merekalah penyalur
pusaka dalam menjalankansyari’at, akhlak, aqidah, dan mereka pula contoh yang
terdekat dengan kita. Berkaitan dengan hal tersebut, Nabi bersabda :
Ulama adalah penerima
pusaka Nabi-Nabi. (HR. al-Tirmizi dan Abu Daud).
Sehubungan dengan hadist
tersebut, maka kita diperintahkan untuk menghormati para Ulama, meski bukan
Guru kita. Begitupula dengan para Da’I dan Muballigh selaku penyalur risalah
kenabian, yang kini disebut Da’wah atau Kulyah Agama. Adapun Ulama yang
sebenarnya adalah yang berilmu, dan beramal dengan ilmunya itu, serta ilmudan
amalanya tersebut sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist.
B. Kedudukan
Murid
Sabda Nabi Muhammad SAW
:
Perhatikanlah perkataan
orang yang wajib ditaati antara Ulil Amri kamu dan taatilah perintah mereka
meski yang menjadi Ulil Amri itu seorang budak sahaya asal Habsyi. (HR.
Bukhori)
Ulil Amri itu adalah kepala
pimpinan urusan, termasuk Guru, suami, Pemerintah.
Guru termasuk ulil amri
karena mereka adalah pengganti ibu bapak yang mengasuh kita dalam pengajaran
dan pendidikan yang sangat menentukan garis-garis kehidupan kita yang akan
datang. Nabi SAW. bersabda, yang artinya:
“barangsiapa menghormati
guru berarti ia menghormati Tuhannya.” (HR. Abu al-Hasan al-Mawardi)
Sebab, Tuhan menyampaikan
ilmu kepada manusia lewat Nabi dan Rasul yang kemudian digantikan oleh ulama;
dan guru. Dalam kitab Ta’lim al-Muta’alim disebutkan sebagai berikut: “para
pelajar tidak akan mendapat ilmu yang bermanfaat, bila tidak menghormati ilmu
dan memuliakan gurunya.”
C. Hak
Murid dan Guru
Dalam agama kita bukan
hanya murid saja yang diperintahkan untuk menghormati Gurunya, tetapi guru juga
diharuskan menghargai sang murid, baik itu pendapatnya maupun pribadinya,
karena Nabi SAW bersabda yang artinya :
“Hargailah orang-orang yang
kamu ajar. (HR. Abul Hasan al-Mawardi)
Maksud hadist ini adalah
agar sang murid memperoleh perlakuan yang baik, wajar dari guru/ ustadz secara
adil dan mengandung pendidikan tanpa pandang bulu, atau memendang siapa orang
tuanya, anak siapa dia, golongan apa orang tuanya, ada hubungan apa dengannya
suku atau bangsa mana dia.
Guru adalah teladan bagi
murid-muridnya, sehingga apabila sekalipun bersifat acuh tak acuh, bersikap
angkuh, dan sinis atau cengis, sungguh itu akan melahirkan sifat dendam dan
kebencian yang terpendam dijiwa murid-muridnya.
Syarat pertama kesuksesan
guru mendidik anak muridnya ialah menanamkan kepercayaan dan rasa cinta
serta simpatiknya, maka sekali-kalijangan mengharap remeh terhadap murid.
D. Murka
Terhadap Guru
Dalam sebuah hadist riwayat
al-Baihaqi Nabi SAW bersabda :
“Siapa yang
merendahkan gurunya, akan ditimpakan Allah kepada-Nya tiga bala : 1. Sempit
rezekinya; 2. Hilang manfaat ilmunya; 3. Keluar dari dunia ini tanpa iman
(wafat).
Dari hadist ini, kita
dilarang meringan ringankan guru, apalagi menghina, mencela atau
menyakiti, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Walaupun guru
sekarang berputar jadi murid kita, sebab walau bagaimanapun ‘Alimnya atau
pandainya kita sekarang, yang namun Guru adalah juga sebagai ayah dari
sebagaian ‘Ilmu kita. Sebab, gurulah pada waktu silam yang membekali dan
menuntun kita saat kita masih buta dengan ilmu pengetahuan, mereka orang
pertama yang mengajari kita dalam mengatur cara berfikir, berpakaian dan
lain-lain. Oleh karena itu, celakahlah orang yang tidak menginsyafi budi baik
gurunya dan lupa pada jasa-jasa mereka dari kecil hingga kita dewasa. Bahkan
dari dunia hingga keakirat kelak.
E. Akhlak
Kepada Orang Tua Menurut Budaya
Akhlak
kepada orang tua menurut budaya berarti sikap dan perilaku seorang anak kepada
orang tuanya menurut suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Akhlak seorang anak kepada orang tuanya
tidak lepas dari peran orang tua itu sendiri dalam memberikan bimbingan serta
memperkenalkan budaya sejak sang anak masih kecil.
Dalam
hal ini, kami mengambil contoh dari budaya Jawa karena begitu erat kaitannya
dengan agama Islam. Islam adalah agama yang damai, penuh toleransi. Lakum
dinukum waliyadin, bagiku agamaku, bagimu agamamu. Begitu menurut Islam. Jawa
adalah juga suku yang suka damai, luwes, dan kenyal terbuka terhadap pengaruh
luar. Sewu sobat isih kurang, musuh siji wis kakehan. Seribu sahabat masih
kurang, seorang musuh sudah terlalu banyak.
Islam
mengajarkan Addinu husnul khuluk. Artinya, agama itu sesungguhnya adalah akhlak
mulia. Seperti petuah Jawa Sing sujud karo Pangeran, sing bekti karo wong tuwa,
sing rukun karo sedulur, sing asih karo sapepada.
Kita
semua mesti tunduk dan pasrah kepada Allah SWT, berbakti pada orang tua, rukun
dengan saudara, dan cinta kasih pada sesama makhluk. Itu semua kan cerminan
akhlak mulia. Serupa dengan yang diamanahkan agama Islam: Khairukum, khairukum
ti alihi. Artinya, sebaik-baik manusia adalah orang yang baik terhadap
keluarganya, istri, dan anak-cucunya.
Dalam
percakapan sehari-hari, orang tua kepada anak memakai ngoko, sedang
anaknya menggunakan kromo. Dalam pergaulan dipakai pula bahasa
campuran yang memakai kata-kata dari kromo dan ngoko dan ini lebih mudah
dipelajari dalam praktek dan sulit dipelajari secara teori.
Sebagai
catatan penutup perlu ditegaskan bahwa Islam tidak sama sekali menolak budaya
yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Dalam penetapan hukum Islam
dikenal salah satu cara melakukan ijtihad yang disebut ‘urf, yakni
penetapan hukum dengan mendasarkan pada budaya yang berkembang dalam
masyarakat. Dengan cara ini berarti budaya dapat dijadikan dasar penetapan
hukum Islam dengan syarat tidak bertentangan dengan ajaran Islam yang tertuang
dalam al-Quran dan hadis Nabi Saw, maka budaya seperti itu dapat dilakukan dan
dikembangkan. Sebaliknya, jika bertentangan dengan ajaran Islam, maka budaya
itu harus ditinggalkan dan tidak boleh dikembangkan.
F.
Akhlak
Kepada Guru Menurut Budaya
1. Meneladani sikap dan sifat
guru yang baik akhlaknya, tinggi ilmunya dan patut dicontoh.
2. Mematuhi dan mengikuti
guru.
3. Tidak boleh meremehkan
guru, harus senantiasa mengagungkannya dan meyakini ilmu yang dimilikinya.
4. Selalu menghormati dan
santun kepada guru walaupun tidak sedang berasa pada lingkungan sekolah.
5. Bersikap sabar ketika guru
sedang melakukan kesalahan atau tidak sesuai dengan apa yang kita tahu.
6. Berterimakasih kepada guru
atas segalailmu yang telah diberikan kepada kita.
7. Berperilaku sopan kepada
guru dimanapun kita berada dan kapanpun kita berjumpa.
8. Berperilaku yang sopan
serta lemah lembut kepada guru.
9. Meminta izin kepada guru
apabila ingin berbicara atau berpendapat atau bertanya kepada guru apabila guru
sedang menjelaskan.
Komentar
Posting Komentar