Perilaku Jujur
Pengertian jujur dilihat dari segi bahasa
adalah mengakui, berkata, atau pun memberi suatu informasi yang sesuai dengan
apa yang benar-benar terjadi/kenyataan. Dari segi bahasa, jujur dapat disebut
juga sebagai antonim atau pun lawan kata bohong yang artinya adalah berkata tau
pun memberi informasi yang tidak sesuai dengan kebenaran.
jujur merupakan salah satu sifat manusia yang cukup
sulit untuk diterapkan. Sifat jujur yang benar-benar jujur biasanya hanya bisa
diterapkan oleh orang-orang yang sudah terlatih sejak kecil untuk menegakkan
sifat jujur. Tanpa kebiasaan jujur sejak kecil, sifat jujur tidak akan dapat
ditegakkan dengan sebenar-benarnya jujur.
Sifat jujur termasuk ke dalam salah satu sifat baik
yang dimiliki oleh manusia. Orang yang memiliki sifat jujur merupakan orang
berbudi mulia dan yang pasti merupakan orang yang beriman.
Meskipun jujur merupakan sifat
dasar manusia, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak yang belum memahami
makna kata jujur yang sebenarnya. Hal ini terbukti dari masih banyaknya
orang-orang yang mencampur adukkan sifat jujur dengan sifat kebohongan yang
pada akhirnya mendatangkan berbagai macam malapetaka baik bagi dirinya maupun
bagi orang lain yang ada di sekitarnya.
Jika diartikan secara lengkap,
maka jujur merupakan sikap seseorang ketika berhadapan dengan sesuatu atau pun
fenomena tertentu dan menceritakan kejadian tersebut tanpa ada
perubahan/modifikasi sedikit pun atau benar-benar sesuai dengan realita yang
terjadi. Sikap jujur merupakan apa yang keluar dari dalam hati nurani setiap
manusia dan bukan merupakan apa yang keluar dari hasil pemikiran yang
melibatkan otak dan hawa nafsu.
Macam-macam Sifat Jujur dalam Agama Islam
Dalam Agama Islam, setidaknya dikenal lima jenis sifat
jujur yang harus dimiliki oleh penganutnya, yaitu :
1. Shidq Al – Qalbi
Shidq
Al – Qalbi merupakan sifat jujur yang penerapannya ada pada niat seorang
manusia.
2. Shidq Al – Hadits
Shidq
Al – Hadits merupakan sifat jujur yang penerapannya ada pada perkataan yang
diucapkan oleh manusia.
3. Shidq Al – Amal
Shidq
Al – Amal merupakan sifat jujur yang penerapannya ada pada aktivitas dan
perbuatan manusia.
4. Shidq Al – Wa’d
Shidq
Al – Wa’d merupakan sifat jujur yang penerapannya ada pada janji yang diucapkan
oleh manusia.
5. Shidq Al – Hall
Shidq
Al – Hall merupakan sifat jujur yang penerapannya ada pada kenyataan yang
terjadi dalam hidup manusia.
1. Surah At-Taubah ayat 119
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah SWT, dan hendaklah bersama orang-orang yang benar.”
2. Surah Az-Zumar ayat 33
وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah SWT, dan hendaklah bersama orang-orang yang benar.”
2. Surah Az-Zumar ayat 33
وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
“Dan orang yang membawa kebenaran (Nabi
Muhammad) dan membenarkannya, maka mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
Allah akan mengangkat orang yang bertakwa
kepada-Nya, yakni yang mengerjakan yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang
dilarang-Nya. Karena itu jujur merupakan sikap terpuji yang dianjurkan oleh
Allah SWT
3. Surat An-Nahl ayat 105 إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ
“Sesungguhnya yang mengadakan kebohongan
ialah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka adalah orang
yang pendusta.”
Umat Islam memiliki kitab suci Al-Quran dan
sudah sepatutnya kita menjadikan Al-Quran sebagai pedoman dalam hidup, karena
itulah kita harus percaya pada ayat Al-Quran termasuk ayat yang menganjurkan
kita untuk selalu bersikap jujur dan tidak berdusta.
4. Surat Az-Zumar ayat 60
وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ تَرَى الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى اللَّهِ وُجُوهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ ۚ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْمُتَكَبِّرِينَ
“Dan pada hari kiamat, kalian akan melihat
orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah yakni mereka mukanya menjadi
hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu terdapat orang-orang yang
menyombongkan diri.”
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa orang
yang berbuat bohong atau tidak jujur maka ia adalah penghuni neraka dan mereka
akan memiliki wajah hitam di akhirat kelak.
5. Surat Ibrahim ayat 27
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ ۚ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
“Allah meneguhkan iman orang-orang yang
beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan juga di akhirat,
dan Allah menyesatkan orang-orang yang dzalim dan yang berbuat apa yang
dikehendakinya.”
Dijelaskan dari ayat tersebut bahwa orang yang
bersikap semaunya dan tidak jujur maka ia akan menjadi orang yang sesat.
Dalam hadits dari
sahabat 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu juga
dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu Mas’ud
menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى
الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ
يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا
وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ
الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى
الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian
senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada
kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang
senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di
sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta,
karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan
mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk
berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”
Begitu pula dalam
hadits dari Al Hasan bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ
الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
“Tinggalkanlah
yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih
menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.”
Jujur adalah suatu kebaikan sedangkan dusta (menipu)
adalah suatu kejelekan. Yang namanya kebaikan pasti selalu mendatangkan ketenangan,
sebaliknya kejelekan selalu membawa kegelisahan dalam jiwa.
Q.S al – ahzab 33:70
Perintah Jujur bagi
Para Pelaku Bisnis
Terkhusus lagi,
terdapat perintah khusus untuk jujur bagi para pelaku bisnis karena memang
kebiasaan mereka adalah melakukan penipuan dan menempuh segala cara demi
melariskan barang dagangan.
Dari Rifa'ah, ia
mengatakan bahwa ia pernah keluar bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam ke tanah lapang dan melihat manusia sedang melakukan transaksi
jual beli. Beliau lalu menyeru, “Wahai para pedagang!” Orang-orang pun
memperhatikan seruan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sambil
menengadahkan leher dan pandangan mereka pada beliau. Lantas Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ التُّجَّارَ يُبْعَثُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
فُجَّارًا إِلاَّ مَنِ اتَّقَى اللَّهَ وَبَرَّ وَصَدَقَ
“Sesungguhnya para
pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat nanti sebagai orang-orang fajir
(jahat) kecuali pedagang yang bertakwa pada Allah, berbuat baik dan berlaku
jujur.”
Begitu sering kita
melihat para pedagang berkata, “Barang ini dijamin paling murah. Jika tidak
percaya, silakan bandingkan dengan yang lainnya.” Padahal sebenarnya, di toko
lain masih lebih murah dagangannya dari pedagang tersebut. Cobalah lihat
ketidakjujuran kebanyakan pedagang saat ini. Tidak mau berterus terang apa
adanya.
Keberkahan dari Sikap
Jujur
Jika kita
merenungkan, perilaku jujur sebenarnya mudah menuai berbagai keberkahan. Yang
dimaksud keberkahan adalah tetap dan bertambahnya kebaikan. Dari sahabat Hakim
bin Hizam, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا -
أَوْ قَالَ حَتَّى يَتَفَرَّقَا - فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى
بَيْعِهِمَا ، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
“Kedua orang
penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya
belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka
keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila
mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah
keberkahan bagi mereka pada transaksi itu.”
Di antara keberkahan
sikap jujur ini akan memudahkan kita mendapatkan berbagai jalan keluar dan
kelapangan. Coba perhatikan baik-baik perkataan Ibnu Katsir rahimahullah ketika
menjelaskan surat At Taubah ayat 119. Beliau mengatakan, “Berlaku jujurlah dan
terus berpeganglah dengan sikap jujur. Bersungguh-sungguhlah kalian menjadi
orang yang jujur.Jauhilah perilaku dusta yang dapat mengantarkan pada kebinasaan.
Moga-moga kalian mendapati kelapangan dan jalan keluar atas perilaku jujur
tersebut.”
Akibat Berperilaku
Dusta
Dusta adalah dosa dan
‘aib yang amat buruk. Di samping berbagai dalil dari Al Qur’an dan dan berbagai
hadits, umat Islam bersepakat bahwa berdusta itu haram. Di antara
dalil tegas yang menunjukkan haramnya dusta adalah hadits berikut ini,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ
وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ
“Tanda orang
munafik itu ada tiga, dusta dalam perkataan, menyelisihi janji jika membuat
janji dan khinat terhadap amanah.”
Dari berbagai hadits
terlihat jelas bahwa sikap jujur dapat membawa pada keselamatan, sedangkan
sikap dusta membawa pada jurang kehancuran. Di antara kehancuran yang diperoleh
adalah ketika di akhirat kelak. Kita dapat menyaksikan pada hadits berikut,
ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُزَكِّيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ :
الْمَنَّانُ, الْمُسْبِلُ إِزَارَهُ وَالْمُنْفِقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلَفِ
الْكَاذِبِ
“Tiga (golongan) yang
Allah tidak berbicara kepada mereka pada hari Kiamat, tidak melihat kepada
mereka, tidak mensucikan mereka dan mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih,
yaitu: orang yang sering mengungkit pemberiannya kepada orang, orang yang
menurunkan celananya melebihi mata kaki dan orang yang menjual barangnya
dengan sumpah dusta.”
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam begitu mencela orang yang tidak transparan dengan
menyembunyikan ‘aib barang dagangan ketika berdagang. Coba perhatikan kisah
dalam hadits dari Abu Hurairah, ia berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَرَّ عَلَى
صُبْرَةِ طَعَامٍ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهَا فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلاً فَقَالَ
« مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ ». قَالَ أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ. قَالَ « أَفَلاَ جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَىْ يَرَاهُ النَّاسُ
مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّى »
“Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau
memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang
basah, maka pun beliau bertanya, "Apa ini wahai pemilik makanan?"
Sang pemiliknya menjawab, "Makanan tersebut terkena air hujan wahai
Rasulullah." Beliau bersabda, "Mengapa kamu tidak
meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah,
barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami."
Jika dikatakan bukan termasuk golongan kami, berarti
dosa menipu bukanlah dosa yang biasa-biasa saja.
Jujur Sama Sekali
Tidak Membuat Rugi
Inilah pentingnya
berlaku jujur dalam segala hal, terkhusus lagi dalam hal muamalah atau
berbisnis. Dalam berbisnis hal ini begitu urgent. Karena begitu
banyak orang yang loyal pada suatu penjual karena sikapnya yang jujur. Namun
sikap jujur ini seakan-akan mulai punah. Padahal sudah sering kita dengar
perilaku jujur dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, para
sahabat, dan ulama salafush sholeh lainnya. Mereka semua begitu semangat dalam
memelihara akhlak yang mulia ini. Walaupun ujung-ujungnya, bisa jadi mereka
merugi karena begitu terus terang dan terlalu jujur.
Bandingkan dengan
perangai jelek sebagian pelaku bisnis saat ini. Coba saja lihat secara
sederhana pada penjual dan pembeli yang melakukan transaksi. “Mas, HP yang saya
jual ini masih awet lima tahun lagi,” ucapan seseorang ketika menawarkan HP
pada saudaranya. Padahal yang sebenarnya, HP tersebut sudah jatuh sampai
sepuluh kali dan seringkali diservis. Perilaku tidak jujur ini pula seringkali
kita saksikan dalam transaksi online (semacam pada toko online). Awalnya barang
yang dipajang di situs, sungguh menawan dan membuat orang interest,
tertarik untuk membelinya. Tak tahunya, apa yang dipajang berbeda jauh dengan
apa yang sampai di tangan pembeli.
Pahamilah wahai
saudaraku! Jika pelaku
bisnis mau berlaku jujur ketika berbisnis, mau menerangkan ‘aib barang yang
dijual, tidak sengaja menyembunyikannya, sungguh keberkahan akan selalu hadir.
Walaupun mungkin keuntungan secara material tidak diperoleh karena saking
jujurnya, namun keuntungan secara non material itu akan diperoleh. Karena
jujur, sungguh akan membuahkan pahala begitu besar. Yakinlah bahwa keuntungan
tidak semata-mata berupa uang atau material. Pahala besar di sisi Allah, itu
pun suatu keuntungan. Bahkan pahala di sisi-Nya, inilah keuntungan yang luar
biasa. Sungguh, nikmat dunia dibanding dengan nikmat akhirat berupa pahala di
sisi Allah amat jauh sekali. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَوْضِعُ سَوْطٍ فِى الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا
وَمَا فِيهَا
“Satu bagian kecil
nikmat di surga lebih baik dari dunia dan seisinya.”
Ya Allah, mudahkanlah
hamba-Mu untuk selalu memiliki akhlak yang mulia ini, selalu berlaku jujur
dalam segala hal. Hanya Allah yang beri taufik.
Sangat membantu sekali min, makasihh
BalasHapussamasama :}
Hapus