Asma'ul Husna
Assalamualaikum
wr. wb.
Al-Asma'u Al-Husna terdiri atas dua kata, yaitu asma yang berarti nama-nama dan husna yang berarti baik atau indah. jadi Asmaul Husna dapat diartikan sebagai nama-nama yang baik lagi indah yang hanya dimiliki oleh Allah SWT. Dan kata Asmaul-Husna ini terdapat dalam ayat Alqur'an Q.S Al-A'raf ayat 180, yaitu sebagai berikut:
وَلِلَّهِ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ
بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ (١٨٠)
Artinya: "Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah
orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya[586].
nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan."
Adapula Hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, yaitu:
Artinya :" Dari Abu Huraira ra. sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya Allah swt. mempunyai sembilan puluh sembilan nama, kurang satu, barang siapa yang menghafalkannya, maka ia akan masuk surga". (H.R. BUKHARI)
Berdasarkan dari ayat-ayat yang telah disampaikan diatas, kita dapat membaca mengenai Asmaul-Husna. Dan dari yang telah disampaikan kita dapat mengethui bahwa menghafalkan Asmaul-Husna juga harus didampingi dengan cara kita menjaga hafalan yang telah kita lakukan. Selain itu, dengan mengetahui sifat-sifat Allah SWT semoga kita dapat mempelajarinya dan menjadikan nya dalam kehidupan sehari-hari .
Adapula Hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, yaitu:
Artinya :" Dari Abu Huraira ra. sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya Allah swt. mempunyai sembilan puluh sembilan nama, kurang satu, barang siapa yang menghafalkannya, maka ia akan masuk surga". (H.R. BUKHARI)
Berdasarkan dari ayat-ayat yang telah disampaikan diatas, kita dapat membaca mengenai Asmaul-Husna. Dan dari yang telah disampaikan kita dapat mengethui bahwa menghafalkan Asmaul-Husna juga harus didampingi dengan cara kita menjaga hafalan yang telah kita lakukan. Selain itu, dengan mengetahui sifat-sifat Allah SWT semoga kita dapat mempelajarinya dan menjadikan nya dalam kehidupan sehari-hari .
Catatan saya mengenai Asmaul-Husna yaitu mengenai al-Asmaul al-Husna:
al-karim, al-mu’min, al-wakil, al-matin, al-jami’, al-‘Adl, dan al-Akhir. Mari
kita bersama-sama mempelajari mengenai ketujuh Asmaul-Husna yang akan saya
sampaikan.
- . Al-Karim
Secara bahasa, al-karim mempunyai arti yang Mahamulia, Yang Maha Dermawan atau Yang Maha Pemurah. Secara istilah, al-karim diartikan bahwa Alah Swt. Yang Mahamulia lagi Maha Pemurah yang memberi anugerah atau rezekikepada makhluk-Nya. Dapat pula dimaknai sebagai Zat yang sangat banyak memiliki kebaikan, Maha Pemurah, Maha Pemberi Nikmat dan keutamaan, baik ketika diminta maupun tidak. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt. Yaitu dalam Q.S. al-infitar ayat 6.
يَا أَيُّهَا
الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ
Artinya: "Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka)
terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah."
Al-Karim dimaknai Maha Pemberi karena Allah Swt. senantiasa
memberi, tidak pernah terhenti pemberian-Nya. Manusia tidak boleh berputus asa
dari kedermawaan Allah Swt. Manusia yang berharta dan dermawa hendaklah tidak sombong
ketika atau jika telah memiliki sifat dermawan karena Allah Swt. tidak meyukai
kesombongan. Dengan demikian, bagi orang diberikan harta yang melimpah oleh
Allah Swt. keduanya harus selalu bersyukur karena orang yang miskin pun telah
diberikan nikmat selain harta.
Al-Karim juga dimaknai Yang Maha Pemberi Maaf karena Allah Swt. memaafkan dosa
para hamba yang lalai dalam menunaikan kewajiban mereka kepada Allah Swt.
kemudian hamba itu akan bertaubat kepada Allah Swt. Bagi hamba yang berdosa,
Allah Swt. adalah Yang Maha Pengampun. Dia akan mengampuni seberapa pun besar
dosa hamba-Nya selama ia tidak meragukan kasih sayang dan kemurahann-Nya.
Menurut Imam al-Gazali, al-karim adalah Dia yang apabila telah berjanji,
menepati janjinya, bila memberi, melampaui batas harapan, tidak perduli berapa
dan kepada siapa Dia memberi dan tidak rela bila ada kebutuhan dia memohaon
kepada selain kepada-Nya, meminta orang lain. Dia yang bila kecil hati menegur
tanpa berlebih, tidak mengabaikan siapa yang menuju dan berlindung kepada-Nya,
dan tidak membutuhkan sarana atau perantara.
2. Al-Mu’min
Al-Mu’min secara bahasa berasal dari kata amina yang berati pembenaran,
ketenangan hati, dan aman. Allah Swt. al-mu’min artinya Dia Maha Pemberi rasa
aman kepada semua makhluk-Nya, terutama kepada manusia. Dengan begitu, hati
manusia menjadi tenang. Kehidupan ini penuh dengan berbagai permasalahan,
tantangan dan cobaan. Jika bukan karena Allah Swt. yang meberi rasa aman dalam
hati, niscaya kita akan senantiasa gelisah, takut dan cemas. Hal tersebut juga
terdapat dalam firman Allah Swt. yaitu dalam Q.S. al-an’am ayat 82.
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ
بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Artinya: "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk."
Ketika kita akan menyeru dan berdoa kepada Allah Swt. dengan nama-Nya
al-mu’min, berarti kita memohon diberikan keamanan, dihindarkan dari fitnah,
bencana dan siksa. Karena Dialah Yang Maha Memberikan keamanan, Dia yang Maha
Pengaman. Dalam nama al-Mu’min terdapat kekuatan yang dahsyat dan luar biasa,
Ada pertolongan dan perlindungan, ada jaminan (insurense), dan ada bala bantuan
Mengamalkan dan meneladani al-Asmaul al-Husna, al-Mu’min, artinya bahwa
seseorang yang beriman harus menjadikan orang yang ada disekelilingnyaaman dari
gangguanlidah dan tangannya. Berkaitan dengan itu, Rasulullah saw. Bersabda:
“Demi Allah tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Demi Allah tidak beriman.
Para sahabat bertanya, “siapa ya Rasulullah saw?” Rasulullah saw. Menjawab,”Orang
yang tetangganyamerasa tidak aman dari gangguannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
3.
Al-Wakil
Kata ”al-wakil” mengandung arti Maha Mewakili atau Pemelihara. Al-Wakil( Yang
Maha Mewakili atau Pemelihara ), yaitu Allah Swt. yang memelihara dan mengurusi
segala kebutuhan makhluk-Nya, baik itu dalam urusan manusia maupun urusan
akhirat. Dia menyelesaikan segala sesuatu yang diserahkan hambanya tanpa
membiarkan apa pun terbengkalai. Hal tersebut juga sesuai dengan firman Allah
Swt. dalam al-Qur’an yaitu Q.S. az-Zumar ayat 62.
ٱللَّهُ خَٰلِقُ كُلِّ شَىْءٍ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌ
Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia
memelihara segala sesuatu.
Dengan demikian, orang yang mempercayakan segala urusannya kepada Allah
Swt. akan memiliki kepastian bahwa semua akan diselesaikan dengan
sebaik-baiknya. Hal itu, hanya dapat dilakukan oleh hamba yang mengetahui bahwa
Allah Swt. yang Mahakuasa, Maha Pengasih adalah satu-satunya yang akan dapat
dipercaya oleh para hamba-Nya. Seseorang yang melakukan urusannya dengan
sebaik-baiknya dan kemudian akan menyerahkan segala urusan kepada Allah Swt.
untuk melakukan karunia-Nya.
Menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah Swt. melahirkan sikap tawakal.
Tawakal bukan berati mengabaikan sebab-sebab dari suatu kejadian. Berdiam diri
dan tidak peduli terhadap sebab itu dan akibatnya adalah sikap malas.
Ketawakalan dapat diibaratkan dengan menyadari sebab-akibat. Orang harus
berusaha untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Rasulullah saw. bersabda,
“Ikatlah untamu dan bertawakallah kepada Allah Swt“. Manusia harus menyadari
bahwa semua usahanyaadalah sebuah doa yang aktif dan harapan akan adanya
pertolongan-Nya. Allah Swt. berfirman yang artinya.”(Yang memiliki sifat-sifat
yang) demikian itu ialah Allah Swt. Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia dan Dia
adalah Pemelihara segala sesuatu.” (Q.S. al-an’am/6:102).
Hamba al-Wakil adalah yang bertawakal kepada Allah Swt. ketika hamba
tersebut telah melihat “tangan” Allah Swt. dalam sebab-sebab dan alasan segala
sesuatu, dia menyerahkan seluruh hidupnya ditangan al-Wakil.
4. Al-Matin
Al-Matin artinya Mahakukuh. Allah Swt. adalah Mahasempurna daam kekuatan dan
kekukuhan-Nya. Kekukuhan dalam prinsip sifat-sifat-Nya. Allah Swt. juga
Mahakukuh dalam kekuatan-kekuatan-Nya. Oleh karena itu, sifat al-Matin adalah
kehebatan perbuatan yang sangat kokoh dari kekuatan yang tiada taranya. Dengan
begitu, kekukuhan Allah Swt. yang memiliki rahmat dan azab terbukti.
Ketika Allah Swt. memberikan rahmat kepada hamba-hamba-Nya. Tidak ada apa pun
yang dapat menghalangi rahmat ini untuk tiba kepada sasarannya. Demikian juga
tidak ada kekuatan yang dapat mencegah pembalasan-Nya.
Kekuatan dan Kekukuhan Allah Swt. tidak terhingga dan tidak terbayangkan oleh
manusia yang lemah dan memiliki daya upaya. Jadi, karena kekukuhan-Nya, Allah
Swt. tidak terkalahkan dan tidak tergoyahkan. Dan tidak ada satu makhluk pun
yang dapat menundukkan Allah Swt. meskipun seluruh makhluk dibumi ini bekerja
sama. Allah Swt berfirman dalam Q.S. az-Zariyat ayat 58.
إِنَّ اللَّهَ هُوَ
الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi
rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.
Dengan demikian, akhlak kita terhadap sifat al-Matin adalah dengan
beristiqamah (meneguhkan pendirian), beribadah dengan kesungguhan hati, tidak
tergoyahkan oleh bisikkan menyesatkan, terus berusaha dan tidak putus asa serta
bekerja sama dengan orang lain sehingga menjadi lebih kuat.
5. Al-Jami’
Al-Jami’ secara bahasa artinya Yang Maha Mengumpulkan/Menghimpun, yaitu bahwa
Allah Swt. Maha Mengumpulkan/Menghimpun segala sesuatu yang terbesar atau
terserak. Allah Swt. Maha Mengumpulkan apa saja yang dikehendaki-Nya dan dimana
pun Allah Swt. berkehendak.
Penghimpunan ini ada berbagai macam bentuknya, dia antaranya adalah
mengumpulkan seluruh makhluk yang beraneka ragam, termasuk manusia dan
lain-lainnya, dipermukaan bumi ini dan kemudian mengumpulkan mereka dipadang
mahsyar pada hari kiamat. Seperti firman Allah Swt. yaitu dalam Q.S. Ali Imran
ayat 9.
رَبَّنَا إِنَّكَ
جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ
الْمِيعَادَ
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau
mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan
padanya". Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.
Allah Swt. akan menghimpun manusia di
akhirat kelak sama dengan orang-orang yang satu golongan di dunia. Hal ini bisa
dijadikan sebagai barometer, kepada siapa kita berkumpul didunia itulah yang
akan menjadi teman kita di akhirat. Walaupun kita berjauhan secara fisik aakan
tetapi hati kita terhimpun, di akhirat kelak kita juga akan terhimpun dengan
mereka. Begitupun sebaliknya walaupun kita berdekatan secara fisik akan tetapi
hati kita jauh maka kita jugak tidakakan berkumpul dengan mereka.
Allah Swt. juga akan mengumpulkan di dalam diri seorang hamba ada yang
lahir di anggota tubuh dan hakikat batin di dalam hati. Barang siapa yang
sempurna ma’rifatnya dan baik tingah lakunya, maka ia disebut juga al-Jami’.
Dikatakan bahwa al-Jami’ ialah orang yang tidak padam cahaya ma’rifatnya.
6. Al-‘Adl
Al-‘Adl artinya Mahaadil. Keadilan Allah Swt. bersifat mutlak, tidak
dipengaruhi oleh apa pun dan oleh siapa pun. Keadilan Allah Swt. yang Maha
Luas. Sehingga tidak mungkin keputusan-Nya itu salah. Seperti firman Allah Swt,
yaitu dalam Q.S. Al-An’am ayat 115.
وَتَمَّتْ كَلِمَتُ
رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا ۚ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ
الْعَلِيمُ
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu
(Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah
rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui.
Al-‘Adl berasal dari kata ‘adala yang berarti lurus dan sama. Orang yang adil
adalah orang yang berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan ukuran yang
sama, bukan ukuran ganda. Persamaan inilah yang menunjukkan orang yang adil
tidak berpihak kepada salah seorang yang berselisih. Adil juga dimaknai sebagai
penempatan sesuatu pada tempat yang semestinya.
Allah Swt. dinamai al-‘Adl karena keadilan Allah Swt. adalah sempurna. Dengan
demikian semua yang diciptakan dan ditentukan oleh Allah Swt. sudah menunjukkan
keadilan yang sempurna. Hanya saja, banyak diantara kita yang tidak menyadari
atau tidak mapu menangkap keadilan Allah Swt. terhadap apa yang menimpa
makhluk-Nya. Sering kali ketika manusia memandang sesuatu secara sepintas
dinilainya buruk, jahat, atau tidak adil, tetapi jika dipandangnya secara luas
dan menyeluruh, justru kebalikannya, merupakan suatu keindahan, kebaikan, atau
keadilan. Tahi lalat secara sepintas terlihat indah. Begitu juga memotong kaki
seseorang (amputasi) terlihat kejam, namun ketika dikaitkan dengan penyakit
yang mengharuskannya untuk dipotong, hal tersebut merupakan suatu kebaikan.
Disitulah makna keadilan yang tidak gampang menilai.
7.
Al-Akhir
Al-Akhir artinya Yang Mahaakhir yang tidak ada sesuatu pun
setelah Allah Swt. Dia Mahakekal ketika semua telah hancur., Mahakekal dengan
kekekalan-Nya. Dapun kekelan makhluk-Nya adalah kekekalan yang terbatas,
seperti hal nya kekekalan surga, neraka, dan apa yang ada di dalamnya. Surga
adalah makhluk yang Allah Swt. ciptakan dengan ketentuan, kehendak, dan
perintah-Nya. Nama ini disebutkan didalam firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Hadid
ayat 3.
هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ ۖ
وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِي
Dialah
yang Awal dan Akhir yang zahir dan yang batin, dan dia Maha Mengetahui segala
sesuatu.
Allah Swt. berkehendak untuk menetapkan makhluk yang kekal dan yang tidak,
namun kekekalan makhluk itu tidak secara zat dan tabi’at. Karena secara tabi’at
dan zat, seluruh makhluk ciptaan Allah Swt. adalah fana(tidak kekal).
Sifat kekal dimiliki oleh makhluk, kekekalan yang ada hanya sebatas kekal untuk
beberapa masa sesuai dengan ketentuan-Nya.
Orang yang mengesankan al-Akhir akan menjadikan Allah Swt. sebagai satu-satunya
tujuan hidup yang tiada tujuan hidup selain-Nya, tidak ada permintaan kepada
selain-Nya, tidak ada permintaan kepada selain-Nya, dan segala kesudahan
tertuju hanya kepada-Nya. Oleh sebab itu, jadikanlah akhir kesudahan kita hanya
kepada-Nya. Karena sungguh akhir kesudahan hanya kepada Rabb kita, seluruh
sebab dan tujuan jalan akan berujung ke haribaan-Nya semata.
Orang yang mengesankan al-Akhir akan selalu merasa membutuhkan Rabb-nya,
ia akan selalu mendasarkan apa yang diperbuatnya kepada apa yang telah
ditetapkan oleh Allah Swt. untuk hamba-Nya, karena ia mengetahui bahwa Allah
Swt adalah pemilik segala kehendak, hati dan niat.
Komentar
Posting Komentar